Studi
linguistik telah mengalami 3 tahap perkembangan, yaitu:
- Spekulasi: pernyataan-pernyataan tentang bahasa tidak
didasarkan pada data empiris melainkan pada dongeng/rekaan belaka
- Klasifikasi dan Observasi: mengadakan pengamatan,
penggolongan terhadap bahasa-bahasa yang diselidiki
- Perumusan teori: pembuatan teori-teorinya.
Dalam sejarah perkembangannya
linguistik dipenuhi dengan berbagai aliran paham, pendekatan, dan teknik
penyelidikan yang sangat ruwet. Berikut ini akan dibicarakan sejarah,
perkembangan, paham, dan beberapa aliran linguistik dari jaman purba sampai
jaman mutakhir secara sangat singkat.
1.
LINGUISTIK TRADISIONAL
Linguistik tradisional sering
dipertentangkan dengan tata bahasa struktural, bedanya tata bahasa tradisional
menganalisis bahasa pada filsafat dan semantik sedangkan tata bahasa struktural
berdasarkan struktur/ciri formal yang ada pada suatu bahasa tertentu. Bagaimana
terbentuknya tata bahasa tradisional akan dibicarakan berikut ini:
A.
Linguistik Zaman Yunani (abad ke 5
SM – bad ke 2 SM)
Yang menjadi pertentangan saat itu
adalah:
a. Pertentangan antara fisis dan nomos.
Bersifat fisis maksudnya bahasa itu mempuyai hubungan asal-usul, sumber
dalam prinsip-prinsip abadi dan tidak dapat diganti diluar manusia itu sendiri,
konvensional artinya, makna-makna kata itu diperoleh dari hasil-hasil
tradisi/kebiasaan.
b. Pertentangan analogi dan anomali.
Kaum analogi (Plato dan Aristoteles) berpendapat bahwa bahasa bersifat teratur,
analogi sejalan dengan kaum naturalis, sedangkan anomali berpendapat bahwa
bahasa itu tidak teratur. Kaum anomali sejalan dengan koum konvensional.
Kaum/tokoh pada jaman Yunani:
a. Kaum Sophis (abad ke 5 SM)
Mereka
dikenal karena:
-
Mereka melakukan kerja secara empiris,
-
Melakukan kerja secara pasti dengan menggunakan ukuran
tertentu,
-
Mementingkan bidang retorika dalam studi bahasa,
-
Membedakan tipe-tipe kalimat berdasarkan isi dan makna.
Tokohnya: Protogoras membagi kalimat
menjadi kalimat narasi, kalimat tanya, kalimat jawab, kalimat perintah, kalimat
laporan, doa dan undangan. Gregorias membicarakan tata bahasa.
b. Plato (429 – 347 SM)
-
Memperdebatkan analogi dan anomali dalam bukunya Dialoag.
Juga mengemukakan masalah bahasa alamiah dan konvensional.
-
Dia menyodorkan batasan bahasa yang bunyinya kira-kira
bahasa adalah pernyataan pikiran manusia dengan perencanaan anomata dan
rhemata.
-
Dialah orang yang pertamakali membedakan kata anoma dan
rhema.
Anoma
(anomata):
î Nama
(dalam bahasa sehari-hari)
î Nomina
(dalam istilah tata bahasa)
î Subjek
(dalam hubungan subjek logis)
Rhema
(Rhemata):
î Ucapan
(dalam bahasa sehari-hari)
î Verba
(dalam istilah tata bahasa)
î Predikat
(dalam hubungan predikat logis)
c. Aristoteles (384 – 322 SM)
-
Membagi kata dalam 3 kelas kata, yaitu anoma, rhema, dan
syndesmoi. Yang dimaksud syndesmoi adalah kata-kata yang lebih banyak bertugas
dalam hubungan sintaksis. Syndesmoi itu lebih kurang sama dengan preposisi dan
konjungsi yang sekarang kita kenal.
-
Membedakan jenis kelamin kata (gender) menjadi 3 yaitu
maskulin, feminin, dan neutrum.
d. Kaum Stoik (abad ke – 4 SM)
-
Membedakan studi bahasa secara logika dan studi bahasa
secara tata bahasa.
-
Menciptakan istilah khusus dalam studi bahasa.
-
Membedakan 3 komponen utama dari studi bahasa, yaitu 1)
tanda, simbol, sign, atau semainon, 2) makna, apa yang disebut
smainomen/lekton, 3) hal-hal di luar bahasa yakni benda-benda/situasi.
-
Mereka membedakan legein, yaitu bunyi yang merupakan bagian
fonologi tetapi tidak bermakna dan propheretal yaitu ucapan bunyi bahasa yang
mengandung makna.
-
Mereka membagi jenis kata menjadi empat yaitu kata benda,
kata kerja, syndesmoi, dan arthoron yaitu kata-kata yang menyatakan jenis
kelamin dan jumlah.
-
Membedakan kata kerja komplek dan kata kerja tak komplek.
Serta kata kerja aktif dan pasif.
e. Kaum Alexandrian
Kaum ini
menganut paham analogi dalam studi bahasa, menghasilkan buku tata bahasa yang
disebut Tata Bahasa Dionysius Thrax dan diterjemahkan oleh Remmius Palaemon
dengan judul Ars Grammatika. Buku inilah yang kemudian dijadikan model dalam
penyusunan buku tata bahasa Eropa lainnya. Karena sifatnya mentradisi maka
buku-buku tata bahasa kini disebut dengan nama tata bahasa tradisional. Jadi,
cikal bakal tata bahasa tradisional itu berasal dari buku Dionysius Thrax.
Di India pada tahun 400 SM Panini
seorang sarjana Hindu membuat buku dengan judul Adtdyasi merupakan deskripsi
lengkap bahasa Sansekerta yang pertama kali ada. Oleh karena itu Leonard
Bloomfield, tokoh linguis struktural Amerika menyebut Panini sebagai One of The
Greatest Monuments of The Human Intelligence.
B.
Zaman Romawi
Merupakan kelanjutan dari jaman
Yunani. Tokoh pada jaman Romawi yang terkenal antara lain, Varro (116 – 27 SM)
dengan karyanya, De Lingua Latina dan Priscia dengan karyanya Institutiones
Grammaticae.
a. Varro dan “De Lingua Latina”
Dalam buku ini Varro masih membahas
masalah analogi dan anomali seperti pada jaman Stoik di Yunani. Dibagi dalam
bidang-bidang etimologi, morfologi, sintaksis.
b. Tata bahasa Priscia
Dianggap sangat penting karena:
-
Merupakan buku tata bahasa Latin paling lengkap yang
dituturkan pembicara aslinya.
-
Teori-teori tata bahasa yang merupakan tonggak-tonggak utama
pembicaraan bahasa secara tradisional.
Segi yang dibicarakan dari buku itu
adalah: (i) fonologi dibicarakan mengenai huruf/tulisan yang disebut
literae/bagian terkecil dari bumi yang dapat dituliskan, (ii) morfologi dibicarakan
mengenai dictio/kata, (iii) sintaksis dibicarakan mengenai oratio yaitu tata
susunan kata yang berselaras dan menunjukkan kalimat itu selesai. Buku
Institutiones Grammaticae ini telah menjadi dasar tata bahasa Latin dan
filsafat zaman pertengahan.
C.
Zaman Pertengahan
Studi
bahasa pada zaman pertengahan mendapat perhatian penuh terutama oleh para
filsuf skolastik. Yang patut dibicarakan dalam studi bahasa antara lain adalah
peranan:
a. Kaum Modistae
-
Mereka menerima analogi karena menurut mereka bahasa itu
bersifat reguler dan universal.
-
Mereka memperhatikan secara penuh akan semantik sebagai
penyebutan definisi bentuk-bentuk bahasa.
-
Mereka mencari sumber makna, maka dengan demikian
berkembanglah bidang etimologi pada zaman itu.
b. Tata Bahasa Spekulativa
Merupakan hasil integrasi deskripsi
gramatikal bahasa Latin ke dalam filsafat skolastik.
c. Petrus Hispanus
-
Memasukkan psikologi dalam analisis makna bahasa.
-
Membedakan nomen atas dua macam yaitu nomen substantivum dan
nomen edjektivum.
-
Membedakan semua bentuk yang menjadi subjek/predikat dan
bentuk tutur lainnya.
D.
Zaman Renaisans
Zaman
Renaisans dianggap sebagai zaman pembukaan abad pemikiran abad modern. Dalam
sejarah studi bahasa ada dua hal pada jaman renaisans ini yang menonjol yang
perlu dicatat. 1) Sarjana-sarjana pada waktu itu menguasai bahasa Latin,
Ibrani, dan Arab, 2) Bahasa Eropa lainnya juga mendapat perhatian dalam bentuk
pembahasaan, penyusunan tata bahasa, dan perbandingan.
E.
Menjelang Lahirnya Linguistik Modern
Sejak
awal buku ini sudah menyebut-nyebut bahwa Ferdinand de Saussure dianggap
sebagai Bapak Linguistik Modern. Diawali dengan pernyataan Sir William tentang
adanya hubungan kekerabatan antara bahasa Sansekerta dengan bahasa-bahasa
Yunani, Latin, dan bahasa Jerman lainnya telah membuka babak baru sejarah
linguistik, yakni dengan berkembangnya studi linguistik bandingan atau
linguistik historis komparatif, serta studi mengenai hakekat bahasa secara
linguistik terlepas dari masalah filsafat Yunani kuno.
Bila
kita simpulkan pembicaraan mengenai linguistik tradisional dapat dikatakan
bahwa:
a) Pada tata bahasa tradisional ini
tidak dikenal adanya perbedaan antara bahasa ujaran dengan bahasa tulisan. Oleh
karena itu, deskripsi bahasa hanya bertumpu pada tulisan.
b) Bahasa yang disusun tata bahasanya
dideskripsikan dengan mengambil patokan-patokan dari bahasa lain, terutama
bahasa Latin.
c) Kaidah-kaidah bahasa dibuat secara
perspektif, yakni benar/salah.
d) Persoalan kebahasaan seringkali
dideskripsikan dengan melibatkan logika.
e) Penemuan-penemuan terdahulu
cenderung untuk selalu dipertahankan.
2.
LINGUISTIK STRUKTURALIS
Linguistik strukturalis berusaha
mendeskripsikan suatu bahasa berdasarkan ciri yang dimiliki bahasa itu.
Tokoh-tokohnya:
A. Ferdinand de Saussure
1. Telaah sinkronik (mempelajari bahasa
dalam kurun waktu tertentu saja) dan diakronik (telaah bahasa sepanjang masa),
2. Perbedaan langue dan parloe. Lague
yaitu keseluruhan sistem tanda yang berfungsi sebagai alat komunikasi verbal
antara para anggota suatu masyarakat bahasa, sifatnya abstrak. Sedangkan parloe
sifatnya konkret karena parloe tidak lain daripada realitas fisis yang berbeda
dari yang satu dengan orang lain.
3. Perbedaan signifian dan signifie.
Signifian adalah citra bunyi atau kesan psikologis bunyi yang timbul dalam alam
pikiran (bentuk), signifie adalah pengertian atau kesan makna yang ada dalam
pikiran kita (makna).
4. Hubungan sintagmatik dan
paradigmatik. Yang dimaksud dengan hubungan sintagmatik adalah hubungan antara
unsur-unsur yang terdapat dalam suatu tuturan, yang tersusun secara berurutan,
bersifat linear. Hubungan paradigmatik adalah hubungan antara unsur-unsur yang
terdapat dalam suatu tuturan dengan unsur-unsur sejenis yang tidak terdapat
dalam tuturan yang bersangkutan.
B. Aliran Praha
Sumbangan
aliran ini dalam dalam bidang fonologis (mempelajari fungsi bunyi tersebut
dalam suatu sistem) dan bidang sintaksis dengan menelaah kalimat melalui
pendekatan fungsional.
C. Aliran Glosematik
Aliran
Glosematik lahiran Denmark. Tokohnya Louis Hjemslev yang meneruskan ajaran
Ferdinand de Saussure. Namanya menjadi terkenal karena usahanya untuk membuat
ilmu bahasa menjadi ilmu yang berdiri sendiri, bebas dari ilmu lain, dengan
peralatan, metodologis, dan terminologis sendirian.
D. Aliran Firthian
Nama
John R. Firth terkenal karena teorinya mengenai fonolofi prosodi. Fonologi
prosodi adalah suatu cara untuk menentukan arti pada tataran fonetis.
E. Linguistik Sistemik
Pokok pandangan aliran ini adalah:
-
memberikan perhatian penuh pada segi kemasyarakatan bahasa.
-
memandang bahasa sebagai pelaksana.
-
mengutamakan pemerian ciri-ciri bahasa tertentu beserta
variasinya.
-
mengenal adanya gradasi/kontinum.
-
menggambarkan tiga tataran utama bahasa.
F. Leonard Bloomfield dan Strukturalis
Amerika
Disebut
aliran Bloomfield karena bermula dari gagasan Bloomfield. Disebut aliran
taksonomi karena aliran ini menganalisis dan mengklasifikasikan unsur-unsur
bahasa berdasarkan hubungan hierarkinya.
G. Aliran Tagmemik
Dipelopori
oleh Kenneth L. Pike yang mewarisi pandangan Bloomfield. Menurut aliran ini
satuan dasar dari sintaksis adalah tagmem (susunan). Tagmem ini tidak dapat
dinyatakan dengan fungsi-fungsi saja. Seperti subjek + predikat + objek dan
tidak dapat dinyatakan dengan bentuk-bentuk saja, seperti frase benda + frase
kerja + frase benda, melainkan harus diungkapkan kesamaan dan rentetan rumus
seperti:
S : FN + P : FN + O : FN
Fungsi subjek diisi oleh frase
nominal diikuti oleh fungsi predikat yang diisi oleh frase verbal dan diikuti
pula oleh fungsi objek yang diisi oleh frase nominal.
3.
LINGUISTIK TRANSFORMASIONAL DAN ALIRAN-ALIRAN SESUDAHNYA
Dunia ilmu, termasuk linguistik
bukan merupakan kegiatan yang statis melainkan merupakan kegiatan yang dinamis,
berkembang terus sesuai dengan filsafat ilmu itu sendiri yang selalu ingin
mencari kebenaran yang hakiki. Kemudian orang pun merasa bahwa model struktural
itu banyak kelemahannya, sehingga orang mencoba merevisi model struktural.
Berikut model-modelnya:
A. Tata Bahasa Transformasi
Tata
bahasa transformasi berusaha mendeskripsikan ciri-ciri kesemestaan bahasa. Lalu
karena pada mulanya teori tata bahasa ini dipakai untuk mendeskripsikan
kaidah-kaidah bahasa Inggris, maka kemudian ketika para pengikut teori ini
mencoba untuk menggunakannya terhadap bahasa-bahasa lain, timbullah berbagai
masalah. Apa yang tadinya sudah dianggap universal ternyata tidak universal.
Oleh karena itu usaha perbaikan mulai dilakukan.
B. Semantik Generatif
Menurut
teori generatif semantik, struktur semantik dan struktur sintaksis bersifat
homogen, dan untuk menghubungkan kedua struktur itu cukup hanya dengan kaidah
transformasi saja. Menurut semantik generatif, sudah seharusnya semantik dan
sintaksis diselidiki bersama sekaligus karena keduanya adalah satu.
C. Tata Bahasa Kasus
Dalam karangannya yang terbit tahun
1968 itu Fillmore membagi kalimat atas:
-
Modalitas, yang bisa berupa unsur negasi, kala, aspek, dan
adverbia; dan
-
Proposisi, yang terdiri dari sebuah verba disertai dengan
sejumlah kasus.
-
D. Tata Bahasa Relasional
Tokohnya David M. Perlmutter dan
Paul M. Postal. Tata bahasa relasional (TR) banyak menyerang tata bahasa
transformasi (TT), karena menganggap teori-teori TT itu tidak dapat diterapkan
pada bahasa-bahasa lain selain bahasa Inggris. Menurut teori bahasa relasional,
setiap struktur klausa terdiri dari jaringan relasional (relational network)
yang melibatkan tiga macam wujud yaitu:
a) Seperangkat simpai (nodes)
yang menampilkan elemen-elemen di dalam suatu struktur;
b) Seperangkat tanda relasional
(relational sign) yang merupakan nama relasi gramatikal yang disandang oleh
elemen-elemen itu dalam hubungannya dengan elemen lain;
c) Seperangkat “coordinates” yang
dipakai untuk menunjukkan pada tatara yang manakah elemen-elemen itu menyandang
relasi gramatikal tertentu terhadap elemen yang lain.
4.
TENTANG ALIRAN DI INDONESIA
a. Pada akhir abad ke – 19 dan awak
abad ke 20 pemerintah kolonial sangat membutuhkan informasi mengenai
bahasa-bahasa yang ada di bumi Indonesia untuk melancarkan jalannya. Pemerintah
kolonial di Indonesia sesuai dengan masanya, penelitian bahasa-bahasa daerah
itu baru sampai pada tahap deskripsi sederhana mengenai sistem fonologi,
morfologi, sintaksis, serta pencatatan butir-butir leksikal beserta terjemahan
maknanya dalam bahasa Belanda atau bahasa Eropa lainnya, dalam bentuk kamus.
b. Konsep-konsep linguistik modern
seperti yang dikembangkan oleh Ferdinand de Saussure sudah bergema sejak awal
abad XX. Namun tampaknya gema linguistik modern itu baru tiba di Indonesia pada
akhir sekali tahun lima puluhan kiranya sejak kepulangan sejumlah linguis
Indonesia dari Amerika Serikat seperti Anton M Moeliono dan T. W. Kamil. Kedua
beliau inilah yang pertama-tama mengenalkan konsep fonem, morfem, frasa, dan
klausa dalam pendidikan formal linguistik di Indonesia. Perkenalan dengan
konsep-konsep linguistik ini menimbulkan pertentangan karena konsep-konsep
linguitik tradisional yang sudah mendarah daging tidak begitu saja dapat
diatasi. Perkembangan waktu jualah yang kemudian menyebabkan konsep-konsep
linguistik modern dapat diterima.
c. Sejalan dengan perkembangan dan
makin semaraknya studi linguistik, yang tentu saja dibarengi dengan
bermunculannya linguis-lingui Indonesia, baik yang tamatan luar negeri maupun
dalam negeri, pada tanggal 15 November tahun 1975, atas prakarsa sejumlah
linguis senior, berdirilah organisasi kelinguistikan yang diberi nama Masyarakat
Linguistik Indonesia (MLI). Anggotanya adalah para linguis yang kebanyakan
bertugas sebagai pengajar di perguruan tinggi negeri atau swasta dan di
lembaga-lembaga penelitian kebahasaan.
d. Penyelidikan terhadap bahasa-bahasa
daerah Indonesia dan bahasa nasional Indonesia, banyak pula dilakukan orang di
luar Indonesia.
e. Sesuai dengan fungsinya sebagai
bahasa nasional, bahasa persatuan, dan bahasa negara, maka bahasa Indonesia
tampaknya menduduki tempat sentral dalam kajian linguistik dewasa ini, baik di
dalam negeri maupun di luar negeri. Pelbagai segi dan aspek bahasa telah dan
masih menjadi kajian yang dilakukan oleh banyak pakar dengan menggunakan
pelbagai teori dan pendekatan sebagai dasar analisis. Secara nasional bahasa Indonesia
telah mempunyai buku tata bahasa baku dan sebuah kamus besar yang disusun oleh
para pakar yang handal.